Rabu, 02 Juni 2010

Mariyuana : Obat Kuno Untuk Masa Depan

Oleh :
LESTER GRINSPOON, M.D. & JAMES B. BAKALAR
Copyright 1997



Pada bulan November 1996 masyarakat Kalifornia menyetujui proposisi 215, sebuah inisiatif yang dapat, membuat mariyuana tersedia secara legal sebagai obat di Amerika Serikat untuk pertama kali setelah bertahun-tahun. Dibawah undang-undang yang baru, pasien atau perawat utama mereka yang memiliki atau menanam ganja untuk perawatan medis yang telah direkomendasikan oleh seorang dokter akan dibebaskan dari segala tuntutan kriminal. Pengobatannya dapat diperuntukkan bagi “Kanker, anorexia, AIDS, rasa sakit kronis, kejang-kejang, galukoma, arthritis, migrain, atau apapun penyakit lainnya yang dapat disembuhkan oleh mariyuana.” Dokter tidak boleh dihukum dalam cara apapun karena membuat rekomendasi, yang dapat ditulis maupun secara lisan. Disahkannya hukum seperti ini hanyalah permulaan dari sebuah trend yang akan menghadirkan tantangan baru bagi dokter, yang akan diminta untuk mengambil tanggung jawab awal dimana banyak dari kita yang belum siap. Semakin banyak pasien yang mendekati mereka dengan pertanyaan mengenai mariyuana, mereka harus memberikan jawaban dan membuat rekomendasi. Itu berarti bahwa mereka tidak hanya harus mendengarkan dengan lebih cermat pasien-pasien mereka namun juga mendidik mereka sendiri dan yang lain. Mereka harus mempelajari gejala dan gangguan mana yang bisa diobati dengan lebih baik dengan ganja daripada pengobatan yang konvensional, dan mereka mungkin perlu untuk menjelaskan bagaimana menggunakan mariyuana.



Ganja sangatlah aman, praktis, dan obat-obatan yang potensinya sangat murah. Ketika kami mengulas kegunaan medisnya pada tahun 1993 setelah memeriksa banyak pasien dan sejarah kasus, kami dapat menyebutkan daftar sebagai berikut : mual dan muntah-muntah dalam kemoterapi kanker, sindroma hilangnya berat badan pada AIDS, glaukoma, epilepsi, kejang otot dan rasa sakit kronis pada multiple sclerosis, quadriplegia dan gangguan kejang lainnya, migrain, prurits parah, depresi, dan gangguan mood lainnya. Sejak itu kami telah mengidentifikasi lebih dari selusin lainnya termasuk asma, insomnia, dystonia, scleroderma, penyakit Crohn’s, diabetic gastroparesis, dan penyakit terminal. Daftar ini pun masih panjang.

Sebagai contoh, ganja juga ditemukan bermanfaat dalam pengobatan dari ostoarthritis. Asprin dipercaya telah menyebabkan lebih dari 100 kematian setiap tahunnya di Amerika Serikat. Lebih dari 7,600 kematian setiap tahun dan 70,000 perawatan rumah sakit yang disebabkan oleh non-steroidal antiinflamatory drugs (NSAIDs) telah dilaporkan. Komplikasi gastrointestinal dari NSAIDs adalah efek samping serius yang paling sering dilaporkan. Penggunaan acetaminophen jangka panjang dianggap sebagai salah satu penyebab paling umum dari penyakit ginjal tahap akhir. Ganja yang dihisap beberapa kali sehari sering lebih efektif dari NSAIDs atau acetaminophen dalam osteoarthritis, dan belum pernah ada laporan kematian akibat ganja.

Sering diperdebatkan bahwa bukti dari kegunaan medis marijuana, walaupun kuat, hanyalah cerita belaka (anecdotal). Adalah benar bahwa tidak ada studi yang memenuhi standard dari Food and Drug Administration, terutama karena hambatan legal, birokratik dan finansial terus-menerus diberikan. Situasinya adalah ironi, karena begitu banyak penelitian telah dilakukan terhadap marijuana, sering dalam usaha yang tidak sukses untuk menunjukkan bahaya kesehatan dan potensi adiktif, yang kita tahu lebih banyak tentangnya daripada mengenai obat-obatan resep. Dalam kasus apapun, penelitian yang terkontrol dapat menyesatkan jika yang diteliti adalah pasien yang salah atau dosis yang keliru digunakan, serta respon pengobatan yang umum (dianggap biasa oleh pasien) dapat dikaburkan dalam eksperimen grup.

Bukti-bukti anekdotal adalah sumber dari kebanyakan pengetahuan kita mengenai obat-obatan. Seperti yang ditunjukkan oleh Louis Lasagna, eksperimen terkontrol tidak dibutuhkan untuk mengenali potensi terapeutik daro chloral hydrate, barbiturate, aspirin, insulin atau penisilin. Bukti-bukti anekdotal juga menunjukkan kegunaan dari propanolol dan chlorothiazide untuk hipertensi, diazepam untuk status epilepticus, dan imipramine untuk enuresis. Semua obat-obatan ini pada mulanya telah disetujui untuk kegunaan yang lain.

Beberapa dokter dapat menganggap ini sebagai tidak bertanggung jawab untuk didukung, lebih-lebih mengadvokasi penggunaan ganja berdasarkan dari bukti-bukti anekdotal (kesaksian pribadi), yang terlihat menghitung keberhasilan dan tidak menghiraukan kegagalan. Hal itu akan menjadi masalah serius hanya jika ganja merupakan obat yang berbahaya. Tahun-tahun dari usaha untuk membuktikan bahwa mariyuana berbahaya secara berlebihan telah membuktikan sebaliknya. Ia lebih aman, dengan lebih sedikit efek samping serius, daripada kebanakan obat-obatan resep, dan jauh lebih tidak adiktif atau dapat disalahgunakan daripada banyak obat yang sekarang digunakan sebagai pelemas otot, hypnotic dan analgesic.

Karena itu dapat diperdebatkan bahwa jika hanya sedikit pasien yang bisa mendapatkan penyembuhan dari ganja, maka ganja harus dibuat tersedia karena resiko akan sangat kecil. Sebagai contoh, banyak pasien dengan multiple sclerosis menemukan bahwa ganja mengurangi kejang otot mereka dan rasa sakitnya. Seorang dokter mungkin tidak yakin bahwa pasien tertentu akan mendapatkan penyembuhan yang lebih baik dari ganja daripada obat seperti baclofen, dantrolene, dan dosis tinggi diazepam yang telah dikonsumsi si pasien, namun satu hal yang pasti adalah ahwa reaksi racun dari mariyuana sangatlah tidak mungkin, karena itu pertimbangan rasio antara resiko dan manfaat membuatnya sangat patut dicoba. Bagaimanapun, sebuah bentuk preparasi dan intruksi mungin diperlukan, baik untuk mecapai tujuan pengobatan dan untuk menghindari reaksi yang tidak diinginkan. Efek psikoaktif, sebagai contohnya, harus dijelaskan kepada pasien yang awam terhadap mariyuana, yang mungkin akan mengalami kecemasan pada penggunaan awal.

Pertimbangan legitimasi yang utama adalah efek dari merokok pada paru-paru. Banyak dokter menemukan sulit untuk menyarankan obat yang dirokok. Walau asap ganja mengandung lebih banyak tar dan materi partikulat daripada asap tembakau, jumlah yang diperlukan oleh kebanyakan pasien sangatlah terbatas. Lebih lanjut, ketika mariyuana adalah obat yang dikenal secara terbuka, solusi bagi permasalahan ini mungkin ditemukan, mungkn dengan pengembangan dari teknik untuk menghirup uap ganja. Bahkan sekarang, bahaya paling besar dari menggunakan ganja untuk keperluan medis bukanlah ketidakmurnian dalam asapnya namun ilegalitasnya, yang telah menempatkan kecemasan dan pengorbanan besar pada orang-orang yang menderita.

Sebuah versi sintetis dari delta-9-tetrahydrocannabinol, zat aktif utama pada ganja, telah tersedia dalam bentuk oral untuk keperluan terbatas sebagai obat yang termasuk daftar “Schedule II” sejak tahun 1985. Obat ini, dronabinol (Marinol), secara umum dianggap sebagai kurang efektif daripada mariyuana yang dirokok. Pasien yang mengalami mual-mual parah dan terus-menerus muntah, sebagai contoh, dapat menemukannya sebagai hampir tidak mungkin untuk menyimpan pil atau kapsul. THC oral secara acak dan lambat diserap ke dalam pembuluh darah; dosis dan durasi dari efek mariyuana yang dihisap adalah lebih mudah untuk dititrasi. Lebih lanjut, THC oral seringkali membuat banyak pasien menjadi cemas dan tidak nyaman, kemungkinan karena cannabidiol, satu dari banyak zat pada mariyuana, memiliki efek anxiolytic.

Selain tanggung jawab langsung terhadap pasien individual yang berhubungan dengan mariyuana medis, dokter juga mempunyai kewajiban yang bersifat sosial dan terutama politis. Jerome P. Kassirer telah mengidentifikasinya dalam editorial New England Journal terbaru yang berjudul “Federal Foolishness and Mariyuana.” Ia mendeskripsikan kebijakan pemerintah pada mariyuana medis sebagai “munafik” dan memprediksi bahwa dokter yang “memiliki keberanian untuk menantang pelarangan mariyuana bagi orang sakit” pada akhirnya akan memaksa pemerintah untuk mencapai sebuah bentuk akomodasi. Tugas penting tersebut akhirnya akan jatuh pada generasi dokter yang lebih muda, termasuk mahasiswa kedokteran saat ini dan di masa depan.



REFERENSI
1. California Health and Safety Code Section 11362.5

2. Grinspoon L, Bakalar JB. Marihuana, the Forbidden Medicine. New Haven: Yale University Press, 1993.

3. Grinspoon L, Bakalar JB. Marihuana, the Forbidden Medicine (revised and enlarged edition). New Haven: Yale University Press, in press, 1997.

4. Gurkirpal S, Ramey DR, Morfeld D, Shi H, Hatoum HT, and Fries, JF. Gastrointestinal tract complications of nonsteroidal anti-inflammatory drug treatment in rheumatoid arthritis. Archives of Internal Medicine 1996;156:1530-6.

5. Perneger TV, Whelton P, and Klag MJ. Risk of kidney failure associated with the use of acetaminophen, aspirin, and nonsteroidal antiinflammatory drugs. N Engl J Med 1994;331:1675-9. Ronco PM, Falhault A. Drug-induced end-stage renal disease. Editorial, N Engl J Med 1994;331:1711-2.

6. Lasagna L. Clinical trials in the natural environment. In Drugs between Research and Regulations, ed. Stiechele C, Abshagen W, and Koch-Weser J. 1985. Darmstadt: Steinkopff Verlag, pp. 45-9.

7. Chang AE, et al. Delta-9-tetrahydrocannabinol as an antiemetic in cancer patients receiving high-dose methotrexate: a prospective, randomized evaluation. Annals of Internal Medicine 1979;91:819-24. Zuardi AW, Shirakawa I, Finkelbarb E, and Karnio IG. Action of cannabidiol on the anxiety and other effects produced by delta-9-THC in normal subjects. Psychopharmacology 1976;76:245-50.

8. Kassirer JP. Federal foolishness and marihuana. N Engl J Med 1997;336:366-7.


http://www.rxmarijuana.com/old_medicine.htm

Selasa, 01 Juni 2010

Ganja Bisa Mengecilkan Tumor, Pemerintah (Amerika) Mengetahuinya Sejak Tahun 1974

Monday, May 18, 2009
By Raymond Cushing, AlterNet



Istilah mariyuana medis (medical mariyuana) mendapat pengertian baru yang dramatis ada Februari tahun 2000, ketika para peneliti di Madrid mengumumkan bahwa mereka telah menghancurkan tumor otak yang tidak bisa disembuhkan pada tikus dengan menyuntik mereka dengan THC, zat aktif pada ganja.

Studi di Madrid menandai kesempatan kedua dimana THC telah diberikan kepada hewan yang mengidap tumor; yang pertama adalah penyelidikan Virginia 26 tahun yang lalu. Pada kedua studi, THC menyusutkan atau menghancurkan tumor pada sebagian besar subyek tes.

Kebanyakan masyarakat Amerika tidak mengetahui apa-apa mengenai penemuan Madrid. Hampir tidak ada Koran Amerika Serikat yang memuat ceritanya, yang hanya diterbitkan sekali di jaringan berita AP dan UPI, pada tanggal 29 februari 2000.

Bagian yang mengerikan adalah ini bukanlah pertama kalinya ilmuwan telah menemukan bahwa THC bisa menyusutkan tumor. Pada tahun 1974 peneliti di Medical College of Virginia, yang telah didanai oleh National Institute of Health untuk menemukan bukti bahwa mariyuana merusak sistem kekebalan tubuh, malah menemukan bahwa THC menghambat pertumbuhan tiga jenis kanker pada tikus – kanker paru-paru dan payudara serta kanker darah (leukimia) yang disebabkan oleh virus.

DEA dengan cepat menutup studi Virginia dan seluruh penelitian lebih lanjut mengenai ganja dan tumor, menurut Jack Herer, yang melaporkan pada peristiwa di bukunya, “The Emperor Wears No Clothes,” Pada tahun 1976 Presiden Gerald Ford menghentikan seluruh penelitian publik terkait dengan ganja dan memberikan hak penelitian eksklusif kepada perusahaan-perusahaan farmasi, yang merencanakan – namun gagal – untuk mengembangkan bentuk sintetis dari THC yang dapat memberikan semua manfaat medis tanpa efek “tinggi.”

Peneliti Madrid melaporkan pada terbitan Maret dari “Nature Medicine” bahwa mereka menginjeksi otak dari 45 tikus-tikus dengan sel kanker, menghasilkan tumor yang keberadaannya dikonfirmasi oleh MRI (Magnetic Resonance Imaging). Pada hari ke-12 mereka menginjeksi 15 ekor tikus dengan THC dan 15 ekor dengan Win-55,212-2 sebuah senyawa sintetis yang mirip dengan THC. “Semua tikus yang tidak diberi pengobatan mati dalam waktu 12-18 hari setelah inokulasi sel glioma (kanker otak) … Tikus yang diberikan cannabinoid (THC) bertahan hidup jauh lebih lama daripada tikus yang menjadi pembanding (kontrol). Pemberian THC tidaklah efektif pada tiga ekor tikus, yang mati pada hari 16-18. Sembilan dari tikus yang diobati dengan THC hidup sampai melewati masa kematian dari tikus yang tidak diberikan apa-apa, dan bertahan hidup hingga 19-35 hari. Selebihnya, tumor sepenuhnya menghilang pada ketiga tikus yang diberi THC.” Tikus-tikus yang diobati dengan Win-55,212-2 menunjukkan hasil yang sama.

Peneliti Spanyol, dipimpin oleh Dr. Manuel Guzman dari University of Complutense, juga mencoba mengaliri otak tikus yang sehat dengan dosis besar THC selama tujuh hari, untuk menguji efek biokimia yang berbahaya atau efek neurologis. Mereka juga tidak menemukan apa-apa.

“Analisis MRI yang hati-hati dari seluruh tikus yang bebas dari tumor menunjukkan tidak adanya tanda-tanda kerusakan yang berkaitan dengan necrosis, edema, infeksi atau trauma … Kami juga meneliti potensi lain dari efek pemberian cannabinoid. Pada kedua tikus, baik yang bebas dari tumor maupun yang mengidap tumor, pemberian cannabinoid tidak menyebabkan perubahan yang substansial sama sekali pada ukuran perilaku seperti koordinasi motor dan aktifitas fisik. Konsumsi makanan dan air, juga pertambahan berat badan tidak ditemukan selama dan setelah pemberian cannabinoid. Begitu juga, profil hematologikal umum dari tikus-tikus yang diobati dengan cannabinoid yang tampak normal. Kemudian, baik ukuran biokima maupun penanda akan kerusakan jaringan tidak menampakkan perubahan substansial selama pemberian 7 hari atau setidaknya selama 2 bulan setelah pengobatan dengan cannabinoid berakhir.
Penelitian Guzman adalah penelitian satu-satunya sejak studi Virginia 1974 ketika THC diberikan kepada hewan yang mengidap tumor. Ilmuwan sSpanyol telah mengutip studi tahun 1998 dimana cannabinoid telah menghambat penyebaran sel kanker payudara, namun penelitian tersebut adalah penelitian dengan cawan Petri dan tidak melibatkan subyek yang hidup.)

Dalam wawancara dengan email untuk cerita ini, ilmuwan dari Madrid mengatakan bahwa ia telah mendengar mengenai studi Virginia, namun tidak pernah berhasil menemukan literatur mengenainya. Bagaimanapun, artikel dalam Nature Medicine menyebutkan bahwa studi yang baru sebagai studi yang pertama dilakukan pada hewan pengidap tumor dan tidak mengutip penelitian Virgina tahun 1974.

“Saya mengetahui keberadaan penelitian tersebut. Sebenarnya saya telah berusaha mencoba beberapa kali untuk mendapatkan artikel jurnal dari penelitian yang asli oleh orang-orang ini, namun terbukti tidak mungkin.” Ujar Guzman.

Pada tahun 1983 pemerintahan Reagan/Bush mencoba untuk membujuk universitas-universitas Amerika dan para peneliti untuk menghancurkan seluruh hasil penelitian ganja dari 1966-1967, termasuk compendium dalam perpustakaan, lapor Jack Herer, yang menyeutkan, “Kami mengetahui bahwa sejumlah besar informasi sejak itu telah menghilang.”

Guzman memberikan judul dari karyanya – “Antineoplastic activity of cannabinoids,” sebuah artikel pada jurnal dari National Cancer Institute tahun 1975 – dan penulis ini mendapatkan salinan dari fakultas kedokteran University of California di Davis dan mem-fax-nya ke Madrid.

Ringkasan dari studi Virginia dimulai, “Pertumbuhan adenocarcinoma paru-paru Lewis telah dihambat dengan pemberian secara oral dari tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabinol (CBN)” – dua jenis dari cannabinoid, sebuah keluarga dari komponen aktif di mariyuana. “Tikus yang diobati selama 20 hari berturut-turut dengan THC dan CBN telah berkurang ukuran tumor utamanya.

Pada artikel jurnal tahun 1975 tidak menyebutkan mengenai kanker tumor payudara, yang hanya dimuat sebagai cerita koran satu-satunya yang pernah muncul mengenai studi 1974 – pada bagian local dari Washington Post pada 18 Agustus, 1974. Dibawah judul, “Penghambat Kanker Tengah Dipelajari,” berikut sebagian dari isinya:

“Agen kimia aktif pada mariyuana yang menghambat pertumbuhan dari tiga jenis kanker pada tikus dan juga mungkin menghambat reaksi kekebalan yang menyebabkan penolakan transplantasi organ, telah ditemukan oleh fakultas kedokteran dari Tim Virginia.” Ilmuwan, “menemukan bahwa THC memperlambat pertumbuhan dari kanker paru-paru, kanker payudara dan leukemia yang dipicu oleh virus pada tikus laboratorium, serta memperpanjang hidup mereka sebanyak 36 persen.”

Guzman, menulis dari Madrid, dengan fasih dalam responnya setelah penulis ini mengirimkan fax dari kliping Washington Post kepadanya seperempat abad yang lalu. Dalam terjemahan, dia menulis :

“Ini sangat menarik bagi saya, harapan bahwa proyek ini terlihat sedang bangkit pada saat ini, dan perkembangan menyedihkan dari peristiwa-peristiwa selama tahun-tahun setelah penemuan ini, hingga saat ini kita menutup kembali tabir akan kekuatan anti-tumor dari THC, dua puluh lima tahun kemudian. Sayangnya, dunia terpantul-pantul antara momen harapan dan periode panjang dari pengibirian intelektual.”



Liputan-liputan berita dari penemuan Madrid hampir-hampir tidak ditemukan di negara ini. Berita ini dterbitkan diam-diam pada 29 Februari tahun 2000 dengan cerita yang pernah dimuat sekali pada kawat UPI tentang artikel Nature Medicine. Penulis ini menemukannya pada link yang muncul sbenetar pada halaman situs Drudge Report. New York Times,Washington Post dan Los Angeles Times semuanya menghiraukan saja cerita ini, walaupun pentingnya berita ini tidak dapat dipungkiri : sebuah zat tidak berbahaya yang terdapat di alam dan dapat menghancurkan tumor otak yang mematikan.

Raymond Cushing is a journalist, musician and filmmaker. This article was named by Project Censored as a "Top Censored Story of 2000."

http://www.cannabisasmedicine.com/story/pot-shrinks-tumors-government-knew-74

Pengobatan Ganja : Sebuah Sejarah

"Inhaling to cure ailments is a lot older than you might believe"

("Menghisap ganja untuk menyembuhkan penyakit ternyata lebih tua dari yang anda bayangkan")




Oleh : Patrick Stack

Diposkan pada Minggu, Oktober. 27, 2002; 10:31 a.m. EST (Eastern Standart Time) di majalah Time

Bila profesor Cheech dan Chong menerima bantuan universitas untuk mengajarkan sejarah pengobatan dari subyek favorit mereka, tebal dari paket kurikulumnya akan mengejutkan. Sejak 2737 S.M. (sebelum masehi), kaisar yang mistis, Shen Nung dari Cina sudah meresepkan teh ganja untuk mengatasi encok, rematik, malaria dan mungkin terdengar cukup aneh, ingatan yang buruk. Popularitas ganja sebagai pengobatan menyebar ke seluruh Asia, Timur Tengah lalu turun ke wilayah pantai timur afrika, dan sekte-sekte Hindu tertentu di India menggunakan mariyuana (ganja) untuk kepentingan relijius dan pengobatan stress. Tabib dari zaman kuno juga memperingatkan akan penggunaan berlebihan dari mariyuana (ganja), mereka mempercayai bahwa konsumsi yang terlalu banyak dapat menyebabkan impotensi, kebutaan dan bisa memunculkan kemampuan “melihat setan”.

Pada akhir abad ke-18, edisi awal dari jurnal kedokteran Amerika merekomendasikan biji ganja dan akarnya untuk pengobatan kulit yang terbakar (inflamasi), kesulitan pencernaan dan penyakit kelamin. Dokter dari Irlandia, william O’Shaughnessy pertama kali mempopulerkan penggunaan medis mariyuana (ganja) di Inggris dan Amerika. Sebagai dokter yang bekerja untuk British East India Company, ia menemukan bahwa ganja mengurangi sakit rematik dan bisa membantu terhadap ketidaknyamanan dan mual pada kasus rabies, kolera dan tetanus.

Perubahan sikap Amerika terhadap tanaman ganja muncul pada akhir dari abad ke-19, ketika diantara dua sampai lima dari populasi Amerika Serikat diketahui mengalami kecanduan terhadap morfin, sebuah resep rahasia namun populer pada obat-obatan paten dengan nama yang beragam seperti “The Peoples’s Healing Liniment for Man or Beast” dan “Dr Fenner’s Golden Relief”. Untuk mencegah lebih banyak lagi masyarakat yang disapu oleh kecaduan morfin-mengeluarkan Golden Relief, pemerintah memperkenalkan Pure Food and Drug Act pada tahun 1906, menciptakan Food and Drug Administration (FDA). Sementara ia tidak mengatur mengenai mariyuana (ganja) dan hanya mengatur distribusi dari opium dan morfin dibawah pengawasan dan kontrol dokter, regulasi dari zat-zat kimia adalah pergeseran utama pada kebijakan obat-obatan di Amerika.

Belum pernah sebelum tahun 1914 penggunaan obat didefinisikan sebagai sebuah tindak kriminal, di bawah Harrison Act. Untuk menghindari isu hak negara bagian, undang-undang menggunakan pajak untuk meregulasi opium- dan obat-obatan turunan dari tanaman koka: UU ini menghapus pajak terhadap penggunaan non-medis dari obat-obatan yang jauh lebih tinggi dari harga obat itu sendiri, dan menghukum semua yang menggunakan obat tanpa membayar pajak. Pada tahun 1937, dua puluh tiga negara bagian telah melarang ganja : beberapa untuk menghentikan pecandu morfin untuk memakai obat jenis baru, dan beberapa sebagai tekanan terhadap imigran-imigran meksiko yang baru mulai berdatangan , terutama yang membawa obat ini (ganja) bersama mereka.

Dengan pengecualian selama Perang Dunia ke-2, ketika pemerintah menanam sejumlah besar ganja untuk mensuplai kebutuhan tali tambang dari Angkatan Laut serta menggantikan suplai serat ganja dari Asia yang sudah dikuasai oleh Jepang, mariyuana (ganja) dikriminalkan dan hukuman yang lebih berat diterapkan. Pada tahun 1950-an Kongres mengesahkan “Bogss Act” dan “Narcotic Control Act”, yag menjadi dasar hukuman minimum bagi pelanggaran penggunaan obat, termask kepemilikan dan distribusi mariyuana.

Terlepas dari undang-undang mariyuana pada tahun 1970-an, pemerintahan Reagan juga menerapkan kebijakan terhadap obat-obatan yang keras kepada mariyuana. Namun tetap, kecenderungan jangka panjang adalah kepada relaksasi : Hari ini, dua belas negara bagian telah menerapkan setidaknya sebuah bentuk dari dekriminalisasi mariyuana.

Sumber artikel :
http://www.time.com/time/covers/1101021104/history.html

Simpanan Ganja Tertua Ditemukan di China

Posted on original location on:
Jummat, 28 Nov 2008 21:54:57 GMT

Ilmuwan telah menemukan persediaan ganja yang tertua di dunia, di makam dekat dengan kota gurun di Turpan, Cina barat laut.

Menurut makalah penelitian yang diterbitkan di “Journal of Experimental Botany”, simpanan ganja yang berumur 2700 tahun telah “dibudidayakan untuk keperluan psikoaktif”.



Ganja yang dikeringkan ini dikubur bersama seorang kaukasia, dengan rambut tipis, bermata biru dan berumur 45 tahun, yang tampaknya adalah seorang shaman dari kebudayaan Gushi, menurut laporan dari pers Kanada.

Iklim yang kering dan tanah alkalin telah mengawetkan simpanan ini, walau telah kehilangan aromanya yang khas, masih terlihat hijau. Simpanan ini ditemukan dalam keranjang kulit pada mangkok kayu, memunculkan asumsi bahwa simpanan ganja ini akan digunakan oleh shaman untuk keperluan di kehidupan berikutnya.



“Adalah sebuah praktek umum dalam penguburan untuk menyediakan material yang dibutuhkan pada kehidupan berikutnya. Tidak ada ganja atau bijinya yang disediakan untuk pakaian atau makanan. Sebaliknya, ganja sebagai obat atau tujuan visioner yang disediakan,” ujar seorang neurolog Amerika dan kepala tim riset, Dr. Ethan B. Russo.



Sejumlah 18 ilmuwan yang kebanyakan berasal dari China, melakukan pengujian penanggalan karbon dan menerapkan analisa genetik kepada ganja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mariyuana yang ditemukan memiliki kadar THC yang relatif tinggi, THC adalah kandungan aktif dari ganja.

Tim peneliti juga mencoba untuk mengecambahkan 100 dari biji-bijian yang ditemukan pada simpanan tersebut, namun gagal. Karena tidak ada pipa yang ditemukan pada makam shaman, ilmuwan-ilmuwan tidak dapat menentukan apakah ganja tersebut telah dihisap atau dimakan.



Dua dari 500 makam Gushi di barat laut China telah menghasikan penemuan ganja sejauh ini, yang mengindikasikan bahwa zat ini telah digunakan oleh sedikit individu atau diberikan sebagai obat-obatan oleh seorang shaman, ujar Russo.

Wilayah Xinjiang di China, dimana makam ini ditemukan, telah dikenal sebagai sumber asli dari berbagai jenis tanaman ganja.

TE/HGH

Sumber artikel :
http://www.presstv.ir/detail.aspx?id=76839

Industri Farmasi Besar Sedang Dalam Kegilaan Untuk Melempar Obat-obatan Berbasis Ganja ke Pasar

Oleh Paul Armentano, AlterNet. Diposkan July 5, 2008.



Sementara “American Medical Association” (AMA), mengklaim bahwa ganja tidak memiliki nilai medis, industri farmasi besar malah sibuk mendapatkan paten untuk produk-produk berbasis marijuana (ganja).

Posisi pemerintah Amerika Serikat yang menolak riset dan penggunaan medis marijuana adalah kebijakan publik yang irasional dan bobrok secara moral. Mengenai poin ini, sedikit warga Amerika yang tidak setuju. Mengenai pertanyaan “mengapa” pejabat-pejabat pemerintah federal masih mempertahankan kebijakan yang tidak manusiawi dan tidak fleksibel ini, adalah cerita yang lain.

Satu teori populer yang berusaha untuk menjelaskan pelarangan pemerintah federal yang tampak tidak bisa dijelaskan terhadap ganja sebagai obat medis berbunyi seperti ini : Baik pemerintah Amerika Serikat maupun industri farmasi tidak akan mengizinkan penggunaan ganja (marijuana) sebagai pengobatan medis karena mereka tidak bisa mematenkannya atau mengambil keuntungan darinya.

Ini adalah teori yang menarik, namun saya telah menemukannya tidak akurat maupun persuasif. Inilah kenapa;



Pertama, biarkan saya menyatakan hal yang jelas. Industri farmasi besar sedang sibuk mendaftarkan – dan telah menerima – beragam paten untuk khasiat pengobatan dari ganja. Ini adalah termasuk kepada turunan sintetis dari ganja (seperti pil oral yang mengandung THC, Marinol), agonis cannabinoid (agen sintetis yang mengikat kepada reseptor endocannabinoid otak) seperti HU-210 dan antagonis ganja seperti Rimonabant. Kecenderungan ini baru-baru saja diringkas dalam makalah NIH (National Institute of Health) yang berjudul, “Sistem endocannabinoid sebagai sasaran yang sedang berkembang dalam bidang farmakoterapi,” yang menyimpulkan, “Minat yang terus bertumbuh terhadap ilmu pengetahuan yang mendasari pengobatan ganja telah ditandingi oleh pertumbuhan jumlah obat cannabinoid dalam perkembangan farmasi dari 2 pada tahun 1995 hingga 27 pada tahun 2004. “Dalam kata lain, pada saat yang sama American Medical Association memproklamirkan bahwa ganja tidak memiliki nilai medis, industri farmasi besar malah sedang dalam kegilaan untuk mengeluarkan lusinan obat berbasis ganja baru ke pasar.

Tidak juga semua obat-obatan ini akan berupa pil sintetis. Yang tercatat, semprotan oral dari perusahaan GW Pharmaceutical, Sativex, adalah ekstrak alamiah ganja dalam dosis yang telah dibuat standard. (Ekstrak ini, terutama THC dan senyawa anxiolytic yang non-psikoaktif, CBD, diambil langsung dari tanaman marijuana/ganja yang ditumbuhkan dalam gudang perusahaan yang tertutup.)



Apakah minat yang mendadak berkembang dari industri farmasi besar pada penelitian dan pengembangan obat-obatan berbasis ganja berarti bahwa kalangan industri secara proaktif mendukung pelarangan mariyuana/ganja? Tidak jika mereka tahu apa yang baik bagi mereka. Biarkan saya menjelaskan.

Pertama, setiap dan semua obat-obatan berbasis ganja harus diberikan persetujuan dari badan pengaturan federal seperti FDA (Food & Drug Administration) Amerika Serikat – sebuah proses yang lebih didasari oleh politik daripada kemajuan ilmiah. Kemungkinannya adalah bahwa pemerintah yang masih bersikap negatif terhadap ganja tanpa alasan yang masuk akal juga akan bersikap negatif terhadap memberikan keputusan terhadap farmasi berbasis ganja.

Sebuah contoh dari ini dapat ditemukan pada penolakan terbaru “Medicine and Health Products Regulatory Agency” (agen regulasi produk-produk kesehatan) dari Sativex sebagai obat resep di Amerika Serikat dan Inggris Raya. (Perusahaan ‘ayah’ Sativex.GW Parmaceuticals, bermarkas di London.) Dalam tahun-tahun terakhir, poltisi Inggris telah mengambil garis keras terhadap penggunaan rekreasional dari mariyuana – Memuncak pada deklarasi perdana menteri Gordon Brown bahwa ganja hari ini memiliki “kualitas mematikan.” (tidak lama kemudian, parlemen memutuskan untuk memerberat hukuman/penalti kriminal terhadap kepemilikan dari obat dari mulai peringatan verbal hingga lima tahun hukuman penjara.) Dalam lingkungna seperti ini tidaklah mengherankan bahwa pembuat peraturna di Inggris telah dengan tegas menoolak untuk melegalisasi obat-obatan berdasar ganja, bahkan sebuah obat dengan catatan keamanan yang sangat bersih seperti Sativex? Sebaliknya, pembuat undang-undang Kanada – yang memiliki pandangan yang lebih liberal terhadap penggunaan ganja alamiah dan melaksanakan distribusinya kepada pasien yang berhak – akhir-akhir ini telah menyetujui Sativex sebagai obat-obatan resep.

Tentunya, mendapatkan persetujuan perundang-undangan barulah setengah dari pertempuran. Hambatan utama bagi industri farmasi besar adalah menemukan konsumen untuk produknya. Disini lagi, sebuah kebudayaan yang akrab dengan dan mendapat pengetahuan mengenai kegunaan pengobatan ganja akan cenderung lebih terbuka terhadap penggunaan obat-obatan berbasis ganja daripada populasi yang masih tersangkut dalam cengkeraman film propaganda seperti “Reefer Madness”.

Akankah pasien-pasien yang telah memiliki pengalaman langsung dengan penggunaan medis ganja yang alami beralih ke obat-obatan farmasi berbasis ganja jika suatu saat tersedia dengan legal? Mungkin tidak, namun individu-individu ini hanya menyusun sebagian kecil dari populasi Amerika Serikat. Tentunya banyak yang lain akan beralih – termasuk banyak pasien-pasien berumur tua yang tidak pernah berminat untuk mencoba atau mencari ganja yang alami. Intinya, terlepas dari apakah ganja legal atau tidak, obat-obatan farmasi berbasis ganja tanpa ragu akan memiliki daya tarik yang luas.

Tetapi tidakkah ketersediaan legal dari ganja akan mendorong pasien untuk lebih sedikit menggunakan obat-obatan farmasi secara keseluruhan? Mungkin, walau sangat kecil kemungkinannya akan mempengaruhi maksud utama industri-industri farmasi besar.

Yang pasti, kebanyakan individu di Belanda, Kanada dan Kalifornia – tiga daerah dimana ganja untuk medis adalah legal dan juga mudah didapat pada pasar terbuka – menggunakan obat-obatan resep, dan bukan ganja, untuk mengobati penyakit mereka. Lebih lanjut, terlepas dari ketersediaan sejumlah besar obat herbal dan tradisional seperti Echinacea, Witch Hazel, dan Eastern hemlock, kebanyakan warga Amerika terus berpaling kepada produk farmasi sebagai obat pilihan mereka.

Haruskah munculnya pengobatan alernatif dengan ganja yang legal akan memicu atau membenarkan kriminalisasi dari pasien yang menemukan penyembuhan yang lebih superior dari tanaman ganja alamiah? Tentunya tidak. Namun, sebagaimana sektor swasta terus bergerak ke depan dengan penelitian mengenai keamanan dan keberhasilan dari farmasi berbasis ganja, akan menjadi lebih sulit bagi pemerintah dan penegak hukum untuk mempertahankan kebijakan mereka yang absurd dan tidak logis dari melarang ganja secara keseluruhan.

Tentunya, jika tidak karena advokat yang telah bekerja selama empat dekade untuk melegalkan ganja untuk pengobatan medis, kecil kemungkinan bahwa siapapun – terutama industri farmasi – akan mengalihkan perhatian mereka kepada perkembangan dan pemasaran dari obat-obatan yang berbasis ganja. Dalam kata lain, saya tidak akan menahan nafas saya untuk menunggu akan datangnya cek royalti apapun.

Oh ya, dan bagi mereka yang mengklaim bahwa pemerintah Amerika Serikat tidak bisa mematenkan ganja untuk obat medis, bisa memeriksa Paten US no. #6630507.


------
Paul Armentano adalah analis kebijakan senior di Yayasan NORML (National Organization for the Reform of Marijuana Laws) , Washington, DC.

Sumber artikel :

http://www.alternet.org/drugreporter/90469/?page=entire

Hati-hati, kapitalisasi tanaman ganja akan menjadi lonjakan ekonomi masa depan ! Sementara sang tanaman tetap menjadi tanaman terlarang... seperti takdir pohon pengetahuan di tengah2 taman surga...